PADANG,
INVESTIGASI_Tak terbantahkan, pekerjaan pengamanan pengamanan
pantai di Balai Wilayah Sungai Sumatera V, tiap tahun berujung permasalahan. Tahun
lalu, proyek yang hancur tersebut, yakni pekerjaan pengamanan Pantai Sasak
Pasaman Barat, senilai Rp7,8 M yang dikerjakan
PT. Rimba Paraduan. Dan,
baru-baru ini, proyek hancur tersebut disidak anggota DPRD Sumnbar.Tahun ini, penyimpangan pekerjaan pantai juga terendus. Faktanya, pekerjaan pekerjaan rehabilitasi sarana dan prasarana pengamanan Pantai Padang di Kota Padang, dengan nomor kontrak : HK. 02.03/01/BWSS V-PJSA/SP-1/III/2013, menelan biaya Rp3.543.037.000.00, waktu pelaksanaan : 240 hari kalender, mulai tanggal 25 Maret 2013, selesai 15 November 2013, yang dikerjakan PT. Nabil Surya Persada tersebut, mulai menuai persoalan.
Soalnya,
dilapangan, ditemukan beberapa dugaan penyimpangan, seperti penggunaan BBM
bersubsidi, pemakaian geotekstile yang diragukan kualitasnya dan tanah yang
digunakan untuk jalan alat berat pada pemasangan krib pantai bagian ujung tak
dilakukan pembongkaran dan langsung ditutupi batu.
Khusus
untuk tanah yang digunakan untuk jalan alat berat ini, akan bermasalah
dikemudian hari. Bahkan, pekerjaan pengamanan Pantai Padang ini akan bernasib
sama dengan pekerjaan pengamanan Pantai Sasak Pasaman Barat. Soalnya, salah
satu penyebab hancurnya krib Pantai Sasak tersebut, tanah yang digunakan untuk
jalan alat berat dan langsung ditimbun batu tersebut terkikis air, sehingga
batu yang dipasang diatas tanah tersebut, berantakan dan hambruk.
Fakta lain, diantara
pasangan batu krib tersebut, terlihat lubang yang menyangga, disebabkan tanah
yang digunakan untuk menutupi lubang dan batu pengikat sudah hancur dan
berserakan. Hanya meninggalkan lubang yang menganga dan sekrarang terbukti
sudah hancur. Itupun diprediksi bakal terjadi pada pengamanan Pantai Padang.
Adek
Rizaldi Remehkan M. Nurnas
Menariknya,
pernyataan Muhammad Nurnas, Komisi 3 DPRD Sumbar yang juga mantan Ketua LPJKD
Sumbar, terkait pekerjaan proyek pengamanan pantai tersebut, terkesan diremehkan
Adek Rizaldi, Kepala BWSS V.
Soalnya,
Nurnas yang telah lama malang melintang didunia proyek tersebut mengatakan,
untuk pekerjaan krib pantai yang dimulai dari ujung tersebut, sebelum batu krib
dipasang, biasanya digunakan tanah untuk jalan alat berat yang akan memasang
batu krib bagian ujung tersebut.
Persoalan
yang terjadi selama ini dan terkesan dilupakan kontraktor, setelah pekerjaan
bagian ujung selesai, kontraktor langsung menimbun tanah untuk jalan alat berat
tersebut dengan batu krib, bahkan dilakukan sampai bagian belakang.
Seharusnya,
tanah yang digunakan untuk jalan tersebut, sebelum dilakukan pemasangan batu
krib harus dibongkar, sebab tanah tersebut akan hancur terkikis air. Ini akan
mengakibat disela-sela batu besar tersebut, akan terlihar lubang besar
menganga, disebabkan tanah yang menutupi sela-sela batu tersebut, sudah hancur.
“Tanah
yang digunakan untuk jalan alat berat tersebut, harus dibongkar, sebelum batu
krib bagian tengah dan pangkal dipasang. Soalnya, tanah yang digunakan untuk
jalan alat berat tersebut, menutupi sela-sela batu dan saat terkikis air akan
meninggalkan lubang besar yang menganga,” katanya.
Hebatnya,
Adek Rizaldi, saat dikonfirmasi ditimbunnya tanah yang digunakan untuk jalan
alat berat tersebut oleh PT. Nabilla pada pekerjan rehabilitasi sarana dan
prasarana pengamanan Pantai Padang, malah terkesan meremehkan pernyataan M.
Nurnas. Tanpa perasaan bersalah Kepala BWSS V itu, mengatakan, tak perlu
dilakukan pembongkaran tanah yang digunakan untuk jalan alat berat tersebut.
Alasan
Adek Rizaldi, tanah yang digunakan untuk jalan alat berat mengerjakan krib
bagian ujung tersebut sudah padat dan bisa ditutupi batu krib untuk mengerjakan
bagian tengah dan pangkal.” Tanah yang digunakan untuk jalan alat berat
tersebut, tak perlu dibongkar, langsung saja ditutupi batu,” katanya tanpa
beban.
Persoalan
lain yang menyertai pekerjaan rehabilitasi sarana dan prasarana pengamanan
Pantai Padang tersebut, yakni ada indikasi geotekstile yang digunakan tak
sesuai spesifikasi. Soalnya, geotekstile untuk pekerjaan pantai tersebut
biasanya berwarna orange dan ketebalan 5 Cm. Sementara dilapangan ditemukan
geotekstile berwarna putih, itupun ketebalannya kurang dari 5 Cm.
Begitu
juga BBM yang digunakan untuk alat berat tersebut, dilokasi ditemukan BBM
drigen yang merupakan minyak bersubsidi. “Untuk geotekstile tersebut, kami tak
bisa menentukan. Kalau memang dari pabriknya berwarna putih, ya harus kita
terima,” kata Adek Rizaldi
Arogansi Adek
Rizaldi
Pernyataan Adek Rizaldi yang
membantah pernyataan M. Nurnas, terkesan melihat arogansi seorang Kepala BWSS
V. Pasalnya, pernyataan M. Nurnas tersebut, bukanlah tanpa alas an. Nurnas
berpijak pada pekerjaan pengamanan Pantai Sasak Pasaman Barat yang hancur.
Salah satu penyebabnya tak dibongkarnya tanah yang digunakan untuk jalan alat
berat tersebut.
”Ya,
arogansi Adek Rizaldi itu, akan berbuntut panjang. Dan, mungkin mengacu kepada
pekerjaan Pantai Sasak tersebut yang juga pernah dbela Adek Rizaldi, akhirnya
hancur. Bisa jadi pernyataan Adek Rizaldi itu, juga menunggu hancurnya
pekerjaan Pantai Padang,” kata Boy Roy Indra, SH praktisi hukum. Ya, kita
tunggu saja. NV/Acong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar