Kamis, 13 Juni 2013

Adek Rizaldi Remehkan M. Nurnas



PADANG, INVESTIGASI_Tak terbantahkan, pekerjaan pengamanan pengamanan pantai di Balai Wilayah Sungai Sumatera V, tiap tahun berujung permasalahan. Tahun lalu, proyek yang hancur tersebut, yakni pekerjaan pengamanan Pantai Sasak Pasaman Barat, senilai Rp7,8 M yang dikerjakan
PT. Rimba Paraduan. Dan, baru-baru ini, proyek hancur tersebut disidak anggota DPRD Sumnbar.
Tahun ini, penyimpangan pekerjaan pantai juga terendus. Faktanya, pekerjaan pekerjaan rehabilitasi sarana dan prasarana pengamanan Pantai Padang di Kota Padang, dengan nomor kontrak : HK. 02.03/01/BWSS V-PJSA/SP-1/III/2013, menelan biaya Rp3.543.037.000.00, waktu pelaksanaan : 240 hari kalender, mulai tanggal 25  Maret 2013, selesai 15 November 2013, yang dikerjakan PT. Nabil Surya Persada tersebut, mulai menuai persoalan.

            Soalnya, dilapangan, ditemukan beberapa dugaan penyimpangan, seperti penggunaan BBM bersubsidi, pemakaian geotekstile yang diragukan kualitasnya dan tanah yang digunakan untuk jalan alat berat pada pemasangan krib pantai bagian ujung tak dilakukan pembongkaran dan langsung ditutupi batu.
            Khusus untuk tanah yang digunakan untuk jalan alat berat ini, akan bermasalah dikemudian hari. Bahkan, pekerjaan pengamanan Pantai Padang ini akan bernasib sama dengan pekerjaan pengamanan Pantai Sasak Pasaman Barat. Soalnya, salah satu penyebab hancurnya krib Pantai Sasak tersebut, tanah yang digunakan untuk jalan alat berat dan langsung ditimbun batu tersebut terkikis air, sehingga batu yang dipasang diatas tanah tersebut, berantakan dan hambruk.
Fakta lain, diantara pasangan batu krib tersebut, terlihat lubang yang menyangga, disebabkan tanah yang digunakan untuk menutupi lubang dan batu pengikat sudah hancur dan berserakan. Hanya meninggalkan lubang yang menganga dan sekrarang terbukti sudah hancur. Itupun diprediksi bakal terjadi pada pengamanan Pantai Padang.




Adek Rizaldi Remehkan M. Nurnas
            Menariknya, pernyataan Muhammad Nurnas, Komisi 3 DPRD Sumbar yang juga mantan Ketua LPJKD Sumbar, terkait pekerjaan proyek pengamanan pantai tersebut, terkesan diremehkan Adek Rizaldi, Kepala BWSS V.
            Soalnya, Nurnas yang telah lama malang melintang didunia proyek tersebut mengatakan, untuk pekerjaan krib pantai yang dimulai dari ujung tersebut, sebelum batu krib dipasang, biasanya digunakan tanah untuk jalan alat berat yang akan memasang batu krib bagian ujung tersebut.
            Persoalan yang terjadi selama ini dan terkesan dilupakan kontraktor, setelah pekerjaan bagian ujung selesai, kontraktor langsung menimbun tanah untuk jalan alat berat tersebut dengan batu krib, bahkan dilakukan sampai bagian belakang.
            Seharusnya, tanah yang digunakan untuk jalan tersebut, sebelum dilakukan pemasangan batu krib harus dibongkar, sebab tanah tersebut akan hancur terkikis air. Ini akan mengakibat disela-sela batu besar tersebut, akan terlihar lubang besar menganga, disebabkan tanah yang menutupi sela-sela batu tersebut, sudah  hancur.
            “Tanah yang digunakan untuk jalan alat berat tersebut, harus dibongkar, sebelum batu krib bagian tengah dan pangkal dipasang. Soalnya, tanah yang digunakan untuk jalan alat berat tersebut, menutupi sela-sela batu dan saat terkikis air akan meninggalkan lubang besar yang menganga,” katanya.
            Hebatnya, Adek Rizaldi, saat dikonfirmasi ditimbunnya tanah yang digunakan untuk jalan alat berat tersebut oleh PT. Nabilla pada pekerjan rehabilitasi sarana dan prasarana pengamanan Pantai Padang, malah terkesan meremehkan pernyataan M. Nurnas. Tanpa perasaan bersalah Kepala BWSS V itu, mengatakan, tak perlu dilakukan pembongkaran tanah yang digunakan untuk jalan alat berat tersebut.
Alasan Adek Rizaldi, tanah yang digunakan untuk jalan alat berat mengerjakan krib bagian ujung tersebut sudah padat dan bisa ditutupi batu krib untuk mengerjakan bagian tengah dan pangkal.” Tanah yang digunakan untuk jalan alat berat tersebut, tak perlu dibongkar, langsung saja ditutupi batu,” katanya tanpa beban.
Persoalan lain yang menyertai pekerjaan rehabilitasi sarana dan prasarana pengamanan Pantai Padang tersebut, yakni ada indikasi geotekstile yang digunakan tak sesuai spesifikasi. Soalnya, geotekstile untuk pekerjaan pantai tersebut biasanya berwarna orange dan ketebalan 5 Cm. Sementara dilapangan ditemukan geotekstile berwarna putih, itupun ketebalannya kurang dari 5 Cm.
Begitu juga BBM yang digunakan untuk alat berat tersebut, dilokasi ditemukan BBM drigen yang merupakan minyak bersubsidi. “Untuk geotekstile tersebut, kami tak bisa menentukan. Kalau memang dari pabriknya berwarna putih, ya harus kita terima,” kata Adek Rizaldi
 Arogansi Adek Rizaldi
            Pernyataan Adek Rizaldi yang membantah pernyataan M. Nurnas, terkesan melihat arogansi seorang Kepala BWSS V. Pasalnya, pernyataan M. Nurnas tersebut, bukanlah tanpa alas an. Nurnas berpijak pada pekerjaan pengamanan Pantai Sasak Pasaman Barat yang hancur. Salah satu penyebabnya tak dibongkarnya tanah yang digunakan untuk jalan alat berat tersebut.
”Ya, arogansi Adek Rizaldi itu, akan berbuntut panjang. Dan, mungkin mengacu kepada pekerjaan Pantai Sasak tersebut yang juga pernah dbela Adek Rizaldi, akhirnya hancur. Bisa jadi pernyataan Adek Rizaldi itu, juga menunggu hancurnya pekerjaan Pantai Padang,” kata Boy Roy Indra, SH praktisi hukum. Ya, kita tunggu saja. NV/Acong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar