SAWAHLUNTO, INVESTIGASI_Kearifan lokal jadikan kekuatan membangun potensi desa, bukan menjadi
penghalang dalam mengembangkan sumber daya yang ada. Berbagai bentuk kearifan
lokal digunakan masyarakat untuk pembangunan. Masyarakat mampu mengidentifikasi
sumber daya alam yang dimiliki, mengetahui tingkat teknologi yang dikuasai,
mampu menghitung tenaga kerja, memiliki pengetahuan tentang iklim, dan
mengkalkulasi modal yang tersedia.
Selain itu
masyarakat juga mampu mengorganisasi, melakukan kerja sama dengan pihak luar,
dan membangun jaringan yang saling menguntungkan dengan pihak lainnya baik
pemerintah maupun swasta. Dasar pengetahuan ini, membuat masyarakat mampu
merencanakan, melaksanakan dan mengawasi tindakannya dalam memenuhi kebutuhan
hidup.
Pembangunan
sebenarnya merupakan harmonisasi antara sumber kebudayaan internal dan eksternal.
“Bukan merupakan rekayasa sosial atau menjadikan budaya dari luar yang sama
sekali baru tanpa menghiraukan budaya yang mudah berkembang lama di
masyarakat,” kata Ika Alusi mantan Fasilitator Desa Wisata Rantih kepada
Investigasi Kamis (20/3) lalu.
Budaya internal
dikenali, kemudian digunakan untuk mendukung pembangunan dengan sedikit
mengubah fungsinya, pinta pria yang akrab dipanggil Ibeng itu. Contoh, sebutnya
mengatasi masalah jangka pendek yaitu secara bersama gotong royong dalam
penyelesaian berbagai infrastruktur jalan, pengairan, tempat ibadah,
pendidikan, kesehatan dan sampai masalah individu seperti pembangunan rumah
secara bergotong royong buat warga yang kurang mampu.
Seperti Desa Wisata Rantih yang harus dijaga
kearifan lokal, potensi sumber daya alam serta potensi tanaman perkebunan atau
ladang rakyat, pertanian dan perikanan yang berjalan sesuai alur dan kebiasaan
yang dapat dijadikan latar belakang pariwisata. Terlebih potensi obyek wisata
alam andal, seperti lima titik air terjun dan pesona perbukitan. tumpak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar